Maret 17, 2025

Implementasi Astacita : Penguatan SDM melalui Program Makan Bergizi Gratis

0
BGN Sempat Membantah Adanya Tindak Korupsi di Program MBG KPK Sampaikan Asal Informasinya 743050474

Oleh: Reenee WA. (Former Journalist/ Socio-economic Observer)

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan bangsa pada hakikatnya dimulai dari pembangunan untuk rakyatnya, sehingga pembangunan SDM menjadi prioritas utama sebagaimana tercantum dalam Astacita yang patut diapresiasi. Dua faktor utama dalam pembangunan SDM adalah kesehatan dan pendidikan. Dengan keduanya yang berkualitas, maka SDM dapat mencapai berbagai hal positif, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bangsa, hingga kehidupan global.

Astacita adalah delapan cita-cita bangsa Indonesia yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden Gibran Rabuming Raka, sebagai arah pembangunan nasional. Salah satu poin penting dalam Astacita adalah penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai fondasi kemajuan bangsa. Penguatan SDM tidak hanya menyangkut pendidikan formal, tetapi juga kesehatan dan pemenuhan gizi yang baik, terutama sejak usia dini.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai implementasi nyata dari semangat Astacita, khususnya dalam aspek pembangunan manusia Indonesia. Program ini bertujuan memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang yang sangat krusial bagi perkembangan fisik dan kognitif mereka. Kekurangan gizi pada masa anak-anak dapat berdampak serius pada kemampuan belajar, daya tahan tubuh, bahkan berpengaruh pada produktivitas ketika dewasa.

Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi, Prof. dr. Chandra Yoga Aditama menyatakan bahwa makanan bergizi merupakan salah satu komponen penting untuk kesehatan. Makanan bergizi akan menjadi unsur yang sangat penting untuk kesehatan, dan jika diberikan di sekolah, tentu sangat menunjang proses pendidikannya.

Implementasi program MBG sejalan dengan visi pembangunan manusia dalam Astacita yang menekankan pentingnya investasi jangka panjang pada SDM. Dengan memberikan makanan bergizi di sekolah, program ini tidak hanya mengatasi masalah kekurangan gizi, tetapi juga mendukung proses pendidikan dengan menciptakan kondisi belajar yang lebih optimal. Anak-anak yang tercukupi gizinya akan memiliki konsentrasi lebih baik dan energi yang cukup untuk aktivitas pembelajaran.

Tidak bisa dipungkiri bahwa program makanan bergizi gratis yang telah berlangsung beberapa bulan di pelosok negeri mendapat respon positif dari para orangtua. Namun, terdapat juga berbagai tantangan yang harus dihadapi pemerintah dalam Upaya melancarkan program MBG ini. Salah satu tantangan utama program MBG terletak pada pengelolaannya yang harus komprehensif, dari hulu ke hilir. Mulai dari pemilihan bahan pangan berkualitas, penyimpanan yang tepat, pengolahan yang higienis, hingga penyajian yang menarik bagi anak-anak.

Prof Chandra menyebut bahwa Konsep “from farm to plate” yang diperkenalkan WHO menjadi pedoman penting untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan dalam program ini. Mulai dari pemilihan baku, penyimpanan, proses pemasakannya hingga proses pengiriman makanan itu sampai ke sekolahnya. Selain itu, pengolahan limbahnya juga perlu diperhatikan

Program MBG ini bisa dikatakan sebagai bentuk investasi jangka panjang, asal dilakukan secara benar dan konsisten secara terus menerus. Program makan bergizi gratis merupakan bentuk investasi jangka panjang yang memberikan manfaat luar biasa bagi masyarakat dan negara. Ketika pemerintah menyediakan akses makanan bergizi bagi warga, terutama anak-anak dan kelompok rentan, dampaknya jauh melampaui pengurangan kelaparan semata, dikarenakan, program ini berdampak signifikan pada perkembangan anak.

Nutrisi yang cukup pada masa pertumbuhan sangat penting untuk perkembangan otak dan fisik yang optimal. Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang memiliki kemampuan kognitif lebih baik, konsentrasi meningkat, dan prestasi akademik yang lebih tinggi. Ini berarti investasi pada program makan bergizi gratis saat ini akan menghasilkan sumber daya manusia berkualitas di masa depan.

Sementara itu, dari perspektif kesehatan masyarakat, program ini mencegah berbagai penyakit terkait malnutrisi. Kekurangan gizi dapat menyebabkan penurunan sistem imun, stunting, dan berbagai masalah kesehatan kronis. Dengan menyediakan makanan bergizi, negara dapat mengurangi beban biaya kesehatan jangka panjang yang seringkali jauh lebih besar daripada biaya program makan.

Meskipun memerlukan anggaran yang tidak sedikit, program makan bergizi gratis sebaiknya dilihat sebagai investasi strategis, bukan sebagai beban pengeluaran. Manfaat jangka panjangnya—masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan teredukasi dengan baik—jauh melampaui biaya pelaksanaannya.

Pemerintah terus mengoptimalkan penggunaan APBN supaya manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut anggaran MBG awalnya dialokasikan sebesar Rp 71 triliun, dengan target penerima ditetapkan 7,9 juta orang yang terdiri dari 15,5 juta anak sekolah serta 2,4 juta ibu hamil/menyusui dan balita. Namun, Presiden Prabowo Subianto menginginkan agar target penyaluran dipercepat, sehingga perlu tambahan anggaran. Presiden kemudian menginstruksikan penerima manfaat dimaksimalkan menjadi 82,9 juta orang pada akhir 2025. Dengan demikian, kebutuhan alokasi anggaran pun bertambah sekitar Rp 100 triliun.

Program MBG, meskipun baru berjalan beberapa bulan, namun sudah banyak mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai daerah. Di Papua, sejumlah pemimpin adat dan warga Papua menyatakan dukungannya terhadap implementasi program MBG. Program ini dipercaya mampu memperbaiki status gizi anak-anak dan remaja Papua, terutama mereka yang tinggal di kawasan terpencil yang masih sulit diakses karena keterbatasan sarana transportasi dan infrastruktur yang belum memadai.

George Arnolf Awi, yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Musyawarah Adat (LMA) Port Numbay, menegaskan bahwa program MBG sangat krusial untuk dijalankan di Papua demi masa depan generasi mudanya. Menurutnya, inisiatif ini merupakan langkah penting dalam memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi anak-anak Papua yang menjadi harapan masa depan daerah tersebut.

Para tokoh masyarakat berharap program ini dapat menjangkau hingga ke pelosok-pelosok Papua yang selama ini terisolasi. Dengan perbaikan status gizi, diharapkan generasi muda Papua dapat tumbuh sehat dan memiliki kemampuan yang optimal untuk berkembang, baik secara fisik maupun intelektual.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan bahwa program MBG menjadi inisiatif strategis yang berperan penting dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul menuju Indonesia Emas 2045. Penyediaan nutrisi yang memadai melalui program ini menjadi fondasi untuk menciptakan generasi masa depan bangsa yang lebih sehat, cerdas, dan produktif, sebagai bagian dari upaya transformasi nasional jangka panjang.

Kesuksesan implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) membutuhkan kolaborasi terpadu antar berbagai pemangku kepentingan—bukan hanya dari pihak pemerintah, namun juga dari institusi pendidikan, para orang tua, kelompok masyarakat, serta dunia usaha. Pengawasan dan penilaian yang dilakukan secara terus-menerus merupakan komponen vital untuk menjamin program ini tetap sejalan dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Melalui tata kelola yang efektif, program MBG berpotensi menjadi fondasi utama dalam merealisasikan aspirasi Astacita untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas prima, memiliki kesehatan optimal, berpengetahuan luas, serta kompetitif di tingkat internasional. (-RWA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *