Program Hilirisasi Strategi Pemerintah Keluar dari ‘Middle-Income Trap
Oleh: Nadira Citra Maheswari)*
Program hilirisasi dipandang sebagai salah satu strategi utama pemerintah untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle-income trap. Istilah jebakan ini menggambarkan kondisi ketika suatu negara berhasil naik kelas dari negara berpenghasilan rendah menjadi berpenghasilan menengah, namun kemudian kesulitan bergerak lebih jauh menuju kategori negara maju. Situasi tersebut biasanya muncul akibat stagnasi produktivitas, lambatnya transformasi industri, serta minimnya inovasi bernilai tambah tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa hilirisasi menjadi pondasi penting bagi Indonesia untuk naik kelas di tengah persaingan global. Airlangga menekankan peran penting kolaborasi kampus, industri, dan pemerintah dalam mempercepat transformasi ekonomi nasional. Jika strategi hilirisasi berhasil diterapkan secara menyeluruh, Indonesia memiliki peluang besar untuk keluar dari middle-income trap dalam satu atau dua dekade mendatang.
Hilirisasi dirancang untuk mengubah struktur perekonomian dari yang berbasis ekstraksi menjadi berbasis manufaktur dan pengolahan lanjutan. Melalui kebijakan ini, Indonesia berupaya memperbesar kapasitas industri domestik agar bisa menghasilkan produk turunan bernilai tambah lebih tinggi. Strategi ini diproyeksikan memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang, menciptakan rantai pasok yang lebih kokoh, serta memperluas lapangan kerja di sektor industri. Perubahan struktural ini juga mendukung transformasi ekonomi berbasis inovasi, yang selama ini menjadi hambatan utama negara-negara berkembang dalam menghindari stagnasi pendapatan.
Wakil Direktur Utama Mining Industry Indonesia (MIND ID), Dany Amrul Ichdan mengungkapkan berbagai strategi sebagai upaya keluar dari jebakan middle-income trap sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen year on year (yoy). Menurutnya, Indonesia Naik Kelas bukan hanya agenda ekonomi, tetapi peta jalan peradaban bangsa. Danymenilai hilirisasi dan industrialisasi bukan sekadar pembangunan smelter, melainkan transformasi menuju penguasaan rantai nilai global.
Salah satu tujuan utama hilirisasi adalah mempercepat percepatan industrialisasi. Selama bertahun-tahun, Indonesia menghadapi tantangan struktural karena sebagian besar kegiatan ekonomi masih berada pada tahap awal dari rantai pasok global. Ekspor komoditas mentah seperti batu bara, minyak sawit mentah, bauksit, atau mineral lainnya hanya memberikan nilai tambah terbatas. Ketika harga komoditas global melemah, perekonomian dalam negeri ikut terdampak signifikan. Dengan mendorong pengolahan lanjutan, Indonesia dapat memperkecil risiko volatilitas harga serta memperoleh pendapatan lebih tinggi dari produk hilir yang memiliki margin keuntungan lebih besar.
Hilirisasi juga menciptakan kesempatan untuk memperkuat basis industri nasional melalui investasi besar dalam fasilitas pengolahan dan infrastruktur pendukung. Kehadiran pabrik smelter, pusat industri baru, serta ekosistem rantai pasok domestik berpotensi mendorong pertumbuhan kawasan industri di berbagai daerah. Perkembangan ini bukan hanya memberi dampak ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat integrasi wilayah dan menciptakan pemerataan pembangunan. Dengan penyebaran industri ke berbagai daerah, kesempatan kerja tumbuh lebih merata, dan pergerakan ekonomi tidak lagi terkonsentrasi pada pusat-pusat pertumbuhan tertentu saja.
Selain fokus pada investasi fisik, strategi hilirisasi juga mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan industri pengolahan membutuhkan tenaga kerja terampil, baik dalam bidang teknik, manajemen, teknologi informasi, maupun inovasi industri. Situasi ini memacu peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui pendidikan vokasi, pelatihan industri, dan kerja sama dengan institusi pendidikan. Pertumbuhan industri berbasis teknologi ini membentuk ekosistem baru yang membuka ruang lebih luas bagi generasi muda untuk terlibat dalam sektor-sektor strategis, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan.
Selain manfaat ekonomi, hilirisasi berperan dalam memperkuat keberlanjutan lingkungan. Pengolahan mineral dan komoditas secara lokal memungkinkan pemerintah menerapkan standar lingkungan yang lebih ketat dan terukur. Aktivitas industri dapat diawasi lebih dekat sehingga risiko kerusakan alam dan pencemaran dapat ditekan. Selain itu, hilirisasi mendukung penggunaan teknologi ramah lingkungan, terutama dalam industri energi terbarukan dan baterai. Transformasi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan apabila kebijakan industrialisasi diarahkan secara tepat.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Tamsil Linrung, memberikan penghargaan kepada Provinsi Maluku Utara yang berhasil mendorong hilirisasi dan mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Menurut Tamsil, capaian tersebut semakin memperkuat harapan akan terwujudnya target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Tamsil menegaskan bahwa kesuksesan Maluku Utara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa menjadi contoh penting bagi Indonesia dalam mempercepat hilirisasi. Ia menekankan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dalam menyambut momentum hilirisasi. Hal ini, menurutnya, dapat dilakukan dengan memperkuat birokrasi, mempercepat proses perizinan, serta menyiapkan infrastruktur yang mendukung kawasan industri strategis. Pendekatan ini berpotensi menciptakan efek pengganda yang besar bagi sektor-sektor seperti logistik, jasa, perhotelan, dan ekonomi lokal lainnya.
Dalam implementasinya, hilirisasi juga memerlukan sinergi kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan. Setiap pihak memiliki peran strategis dalam membangun ekosistem industri yang produktif dan berkelanjutan. Pemerintah berperan menyediakan regulasi dan infrastruktur, dunia usaha berpartisipasi melalui investasi dan operasi industri, sementara lembaga pendidikan berkontribusi dengan menyiapkan tenaga kerja terampil. Keselarasan berbagai pihak dalam ekosistem ini menentukan seberapa cepat Indonesia dapat mencapai transformasi struktural yang diharapkan.
*) Penulis adalah Content Writer di Galaswara Digital Bureau
