November 13, 2025

Arius Tabuni Nyatakan Ikrar Setia Pilih Damai Bersama NKRI

0
Arius-Tabuni-Komandan-Lapangan-OPM-Kodap-II-Baliem-Muaragame

Oleh : Yohanes Wandikbo )*

Langkah bersejarah kembali hadir di Tanah Papua pada 10 November 2025, ketika Arius Tabuni, Komandan Lapangan OPM Kodap II Baliem Muaragame, menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Deklarasi yang dilakukan di Honai Merah Putih, Distrik Pyramid, Kabupaten Jayawijaya, menjadi momentum simbolik yang menguatkan semangat perdamaian, persatuan, dan pembangunan di Bumi Cenderawasih. Keputusan ini tidak hanya mencerminkan kesadaran pribadi seorang mantan tokoh perlawanan, tetapi juga menjadi tanda nyata bahwa Papua semakin menatap masa depan dengan langkah damai dan konstruktif bersama pemerintah.

Keputusan Arius untuk meninggalkan jalan konflik dan memilih kembali ke pangkuan NKRI merupakan hasil refleksi panjang atas realitas sosial dan harapan akan masa depan generasi Papua. Ia menyadari bahwa perjuangan yang sejati bukan lagi terletak pada perpecahan, melainkan pada kemampuan bersama membangun kehidupan yang lebih baik. Dengan penuh keyakinan, ia menyampaikan tekad untuk meninggalkan segala aktivitas yang berkaitan dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan berkomitmen mendukung pembangunan yang tengah dijalankan pemerintah. Langkah ini menjadi wujud nyata dari semangat rekonsiliasi dan rekonstruksi sosial yang kini terus menguat di wilayah timur Indonesia.

Deklarasi ikrar kesetiaan tersebut juga memiliki makna kultural yang mendalam. Honai Merah Putih, tempat acara berlangsung, bukan sekadar bangunan adat, tetapi simbol kehormatan dan kedaulatan lokal yang berpadu dengan semangat nasionalisme. Pemilihan lokasi itu menunjukkan penghormatan terhadap budaya Papua sekaligus penegasan bahwa adat dan kebangsaan dapat berjalan berdampingan dalam harmoni. Pelaksanaan ikrar di tempat yang memiliki nilai simbolik ini memperlihatkan bahwa pendekatan pemerintah dalam membangun Papua semakin menekankan kolaborasi, penghormatan terhadap kearifan lokal, dan pendekatan humanis.

Dalam pernyataannya, Arius Tabuni menegaskan empat komitmen penting: kesetiaan kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; meninggalkan seluruh aktivitas OPM; mendukung program pembangunan pemerintah; serta menjaga adat dan budaya sebagai landasan perdamaian yang bermartabat. Empat poin ini bukan sekadar janji simbolis, tetapi mencerminkan paradigma baru bahwa perdamaian harus dibangun di atas nilai-nilai lokal yang diperkuat dengan semangat nasional. Dengan demikian, ikrar Arius menjadi manifestasi nyata dari integrasi kultural dan politik antara Papua dan Indonesia.

Momentum ini juga menjadi bukti keberhasilan pendekatan persuasif pemerintah dalam membangun Papua. Program-program pembangunan yang menjangkau hingga daerah pegunungan dan pedalaman telah membuka akses bagi masyarakat untuk merasakan kehadiran negara. Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi kini semakin dirasakan manfaatnya. Melalui pendekatan kesejahteraan dan dialog, pemerintah memperlihatkan bahwa pembangunan adalah jalan paling efektif untuk memulihkan kepercayaan dan memperkuat persatuan. Kembalinya Arius menjadi sinyal bahwa strategi humanis ini berhasil membangun jembatan antara negara dan masyarakat di wilayah konflik.

Langkah Arius juga memberi pesan moral yang kuat bagi kelompok lain yang masih bertahan di jalur bersenjata. Kesadaran untuk berhenti dari lingkaran kekerasan dan bergabung dengan arus pembangunan menjadi teladan bagi generasi muda Papua agar tidak lagi terjebak dalam konflik tanpa akhir. Keberaniannya menempuh jalan damai memperlihatkan bahwa perubahan tidak datang dari tekanan, melainkan dari niat tulus untuk memperbaiki masa depan. Melalui keputusan tersebut, ia membuka pintu bagi rekonsiliasi yang lebih luas dan mendorong terciptanya stabilitas keamanan yang menjadi prasyarat utama pembangunan.

Deklarasi ini juga memperkuat pesan nasional bahwa Papua adalah bagian integral dari Indonesia. Dengan bergabungnya kembali tokoh seperti Arius, semangat kebangsaan di wilayah ini semakin kokoh. Pemerintah menilai langkah tersebut sebagai bukti bahwa ideologi Pancasila tetap relevan dan mampu menjadi perekat bangsa di tengah keberagaman. Pembangunan di Papua kini bukan sekadar proyek fisik, melainkan juga proyek kemanusiaan untuk mengembalikan rasa saling percaya dan solidaritas nasional. Dukungan tokoh-tokoh lokal seperti Arius menunjukkan bahwa Papua semakin memilih masa depan yang damai, inklusif, dan produktif.

Pernyataan Arius yang menegaskan dirinya sebagai bagian dari Indonesia menjadi simbol rekonsiliasi nasional. Kalimat “Saya Papua, Saya Indonesia” bukan hanya penegasan identitas, melainkan juga seruan moral bahwa persatuan adalah kekuatan. Dari Wamena, pesan itu bergema ke seluruh penjuru negeri sebagai pengingat bahwa semangat Bhinneka Tunggal Ika tetap hidup dan menjadi fondasi bagi keutuhan bangsa. Kembalinya Arius adalah cermin keberhasilan transformasi sosial di Papua, di mana perbedaan tidak lagi menjadi alasan perpecahan, tetapi menjadi energi untuk membangun masa depan bersama.

Kini, Papua menatap masa depan dengan keyakinan baru. Deklarasi kesetiaan Arius Tabuni menjadi bab penting dalam perjalanan panjang menuju perdamaian yang berkelanjutan. Pemerintah terus menegaskan komitmen untuk memperkuat kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya lokal, dan menjaga keamanan yang inklusif. Semangat ini diharapkan akan melahirkan Papua yang aman, maju, dan sejahtera dalam bingkai NKRI. Dengan langkah seperti ini, harapan untuk mewujudkan Papua damai bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang terus tumbuh dari hati masyarakatnya sendiri.

)* Penulis merupakan Pengamat Pembangunan Papua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *