November 26, 2025

Kebijakan Larangan Ekspor Bahan Mentah Bagian dari Langkah Pemerintah Optimalisasi Hilirisasi Ekonomi

0
Wakil-Menteri-Investasi-dan-Hilirisasi-Todotua-Pasaribu

Oleh : Rivka Mayangsari )*

Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan transformasi ekonomi nasional melalui kebijakan hilirisasi yang semakin terstruktur dan terukur. Salah satu langkah strategis yang kini menghasilkan dampak signifikan adalah larangan ekspor bahan mentah yang dibarengi dengan kewajiban pengolahan di dalam negeri. Langkah ini tidak hanya memperbaiki struktur industri nasional, tetapi juga memberikan nilai tambah besar bagi ekonomi Indonesia.

Hingga September 2025, pemerintah mencatat realisasi investasi hilirisasi mencapai Rp431,4 triliun, melonjak 58,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut menjadi bukti bahwa hilirisasi bukan sekadar jargon politik, melainkan kebijakan nyata yang menggerakkan roda ekonomi dari hulu hingga hilir.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menegaskan bahwa hilirisasi telah menjadi fondasi utama dalam transformasi ekonomi Indonesia. Ia menjelaskan bahwa kebijakan hilirisasi yang kini dijalankan bukanlah langkah spontan, melainkan hasil perencanaan jangka panjang yang disusun secara strategis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Pemerintah telah menyusun peta jalan nasional yang memuat 28 komoditas prioritas dalam delapan kelompok besar, mulai dari mineral, energi, pertanian, hingga perikanan. Peta jalan ini dirancang untuk menarik investasi berorientasi ekspor sekaligus menghadirkan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih tinggi dibanding hanya mengekspor bahan baku.

Capaian investasi Rp431,4 triliun tersebut didorong terutama oleh sektor mineral yang menjadi motor utama hilirisasi. Hal ini tidak mengherankan mengingat komoditas mineral seperti nikel, bauksit, tembaga, dan timah merupakan kekuatan utama Indonesia dalam rantai pasok global. Di sektor nikel, struktur industri hilir dinilai sudah hampir lengkap, mulai dari pengolahan bijih melalui smelter hingga ke industri baterai kendaraan listrik yang kini menjadi salah satu industri masa depan dunia. Dengan rantai industri yang semakin terintegrasi, Indonesia mulai mengukuhkan posisi sebagai pemain penting dalam industri kendaraan listrik dan energi baru terbarukan.

Pemerintah juga tengah melakukan penataan hilirisasi terhadap bauksit, tembaga, dan timah. Penataan ini diarahkan agar rantai pasok domestik semakin kuat dan tidak bergantung pada pasar luar negeri. Pembangunan smelter harus dilakukan secara terukur. Pembangunan smelter yang tidak terkendali berisiko memunculkan overcapacity yang justru dapat menekan daya saing produk nasional dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pemerintah memastikan bahwa seluruh proyek pembangunan industri hilir dilakukan berdasarkan kebutuhan riil, studi kelayakan, serta proyeksi permintaan global.

Pada sektor energi, pemerintah mempercepat proyek gasifikasi batubara sebagai bagian dari agenda kemandirian energi nasional. Salah satu proyek strategis adalah program coal to synthetic gas yang dikerjakan oleh Bukit Asam bersama PDN dan Pusri. Proyek ini diarahkan untuk memproduksi amonia dan metanol yang selama ini masih banyak diimpor Indonesia. Kebijakan ini tidak hanya menekan ketergantungan pada negara lain, tetapi juga membuka peluang baru bagi industri petrokimia nasional untuk tumbuh lebih kuat. Dengan hilirisasi energi, Indonesia tidak lagi sekadar menjadi pemasok bahan mentah, tetapi mulai berperan sebagai produsen bahan baku industri global.

Hilirisasi menjadi strategi utama agar Indonesia tidak lagi berada pada posisi yang lemah dalam perdagangan internasional. Selama puluhan tahun, Indonesia hanya mengekspor bahan mentah yang nilainya relatif rendah. Negara lainlah yang menikmati keuntungan besar setelah mengolah bahan mentah tersebut menjadi produk industri bernilai tinggi. Melalui kebijakan larangan ekspor bahan mentah, pemerintah ingin memutus rantai ketergantungan itu. Nilai tambah yang selama ini dinikmati negara lain kini harus kembali ke dalam negeri, menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.

Selain menghadirkan nilai tambah, kebijakan hilirisasi juga berdampak langsung pada pembangunan daerah. Pembangunan smelter, pabrik pengolahan, dan infrastruktur pendukung telah membuka ribuan lapangan kerja baru di berbagai provinsi. Sektor-sektor seperti perumahan, transportasi, logistik, dan UMKM turut berkembang pesat. Hilirisasi menciptakan efek berantai ekonomi yang tidak hanya menguntungkan pemerintah pusat, tetapi juga meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Tidak hanya itu, hilirisasi juga memperkuat cadangan devisa negara. Dengan berkurangnya impor akibat produksi dalam negeri yang semakin lengkap, neraca perdagangan Indonesia menjadi lebih sehat. Industri hilir yang berkembang pesat memungkinkan Indonesia mengekspor produk dengan nilai jauh lebih tinggi. Dalam jangka panjang, kebijakan ini akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia serta menjadikan negara lebih tahan menghadapi tekanan global, seperti fluktuasi harga komoditas atau gejolak ekonomi dunia.

Dengan seluruh capaian ini, pemerintah menegaskan bahwa kebijakan larangan ekspor bahan mentah bukanlah hambatan bagi pelaku usaha, tetapi investasi masa depan bagi generasi mendatang. Hilirisasi memastikan bahwa kekayaan alam Indonesia tidak lagi diekspor dalam bentuk yang paling murah, melainkan diolah di dalam negeri untuk menciptakan nilai tambah maksimal. Ini adalah langkah strategis untuk mengukuhkan kedaulatan ekonomi, memperkuat industri nasional, dan membuka peluang kerja seluas-luasnya bagi rakyat.

Kebijakan hilirisasi adalah pondasi dari ekonomi Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan berkelanjutan. Pemerintah telah mengambil langkah yang tepat, dan kini tugas semua pihak adalah mendukung transformasi ini demi masa depan yang lebih sejahtera.

)* Pemerhati Ekonomi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *